Wednesday, February 10, 2016

angin bilang


tangan aku paku pada ruang jendela
aku tenung dan renung ke luar
dalam-dalam juga lama-lama
tinggi langit yang jauh
angin menampar lamunan aku,
"sudahlah. barang sudah berakhir."

aku diam
angin marah sama aku
dibilangnya aku bodoh dan kasihan
belajar tinggi-tinggi tapi tak reti berfikir
selalu ikut angan dan perasaan
tak logik juga tak mungkin

angin menumbuk lagi,
"seharusnya engkau yang menang."

aku biar lagi angin menolak-nolak pipi aku,
"angin, engkau apa tahu?"

aku katup jendela cepat-cepat
angin biadap
padahal angin cuma sipi mengenal aku tiap kali aku hadapkan muka ke jendela
tidak lebih dari itu
tapi bicaranya kasar dan seperti tahu

aku menyampah dengan angin
tapi angin ada betulnya
apa benar aku memang bodoh dan kasihan?

dari kepala katil aku toleh ke jendela
angin masih mengetuk-ngetuk cermin
aku renung lagi sampai kosong
nafas yang panjang dihela,
"memang seharusnya aku yang menang."


No comments: